BAB I
PENDAHULUAN
1) LATAR
BELAKANG
Perekonomian
Indonesia sejak krisis ekonomi pada pertengahan 1997 membuat kondisi
ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan ekonomi
Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran
erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada,
otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbuhan ekonomi satu
persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan menyerap
1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta
pertahun. Sehingga, setiap tahun pasti ada sisa pencari kerja yang tidak
memperoleh pekerjaan dan menimbulkan jumlah pengangguran di Indonesia
bertambah. Hingga tahun 2002 saja telah banyak pengangguran, apalagi di tahun
2003 hingga 2007 pasti jumlah penggangguran semakin bertambah dan mengakibatkan
kacaunya stabilitas perkembangan ekonomi Indonesia.
2) RUMUSAN
MASALAH
Seperti
yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Definisi pengangguran
2.
Masalah pengangguran di Indonesia
3.
Data pengangguran di Indonesia
4.
Pengaruh pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan
5.
Faktor penyebab pengangguran di
Indonesia
6.
Dampak pengangguran di Indonesia
7.
Cara mengatasi pengangguran di Indonesia
3) TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
penulis membuat makalah yang berjudul “Pengangguran di Indonesia Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi” adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui definisi dari pengangguran
2.
Mengetahui masalah-masalah pengangguran
yang ada di Indonesia
3.
Mengetahui data pengangguran di
Indonesia
4.
Mengetahui pengaruh pengangguran
terhadap tingkat kemiskinan
5.
Mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan pengangguran di Indonesia
6.
Mengetahui dampak apa saja yang
ditimbulkan dari pengangguran di Indonesia
7.
Mengetahui bagaimana cara mengatasi
pengangguran di Indonesia
BAB
II
ISI
1.
Definisi
Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang
yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua
hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan
yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau
para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan
dan masalah-masalah sosial
lainnya.
Selain definisi
di atas masih banyak istilah arti definisi pengangguran menurut para tokoh,
diantaranya:
- Definisi
pengangguran menurut Sadono Sukirno
Pengangguran adalah suatu
keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
- Definisi
pengangguran menurut Payman J. Simanjuntak
Pengangguran adalah orang yang
tidak bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau
bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha
memperoleh pekerjaan.
- Definisi
pengangguran menurut Menakertrans
Pengangguran adalah orang yang
tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha baru, dan
tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan
cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang
dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus
mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara . Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia,
dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih
banyak orang.
Jenis &
macam pengangguran
Ø Berdasarkan jam kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3
macam:
- Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment). Pengangguran terselubung terjadi jika tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena sesuatu alas an tertentu. Misalnya, untuk mengerjakan suatu pekerjaan sebenarnya cukup untuk dilakukan oleh lima orang, tetapi dilakukan oleh tujuh orang. Oleh karena itu, yang dua orang sebenarnya adalah penganggur, hanya saja tidak kentara.
- Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
- Pengangguran Terbuka (Open Unemployment. Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Penyebabnya antara lain: tidak tersedianya lapangan kerja, tidak sesuai antara lapangan kerja denagn latar belakang pencari kerja, dan tidak berusaha mencari pekerjaan secara keras karena memang malas.
Ø Berdasarkan penyebab terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan
menjadi 7 macam:
- Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya
sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis
antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari
lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka
lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan
kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya.
- Pengangguran konjungtur (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh adanya siklus konjungtur (perubahan kegiatan perekonomian). Perekonomian
suatu Negara sering menghadapi perubahan. Bila permintaan terhadap barang dan
jasa turun terjadilah penurunan permintaan missal terhadap tenaga kerja.
·
Pengangguran
struktural (structural
unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti:
1. Akibat permintaan berkurang
2. Akibat kemajuan dan pengguanaan
teknologi
3. Akibat kebijakan pemerintah
- Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya
fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus
nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
- Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur
akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih
rendah daripada penawaran kerja.
- Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi
akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
- Pengangguran siklus
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran
siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate demand).
2. Masalah Pengangguran di Indonesia
Pengangguran
umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi
masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan masalah- masalah sosial lainnya.
Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap
penganggur dan keluarganya.
Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik,
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu
negara.
Tingkat kemakmuran sebuah negara dilihat
dari tingkat pertumbuhan ekonomi penduduk Negara tersebut. Semakin tinggi
pendapatan perekonomian Negara perkapita, dapat disimpulkan bahwa kehidupan
rakyatnya semakin sejahtera. Tingkat perekonomian dapat dilihat dari tingkat
pendapatan masyarakatnya.
Namun, jika terlihat pertumbuhan
perekonomian Negara begitu lambat dan tersendat-sendat, bisa dikatakan tingkat
kesejahteraan rakyatnya belum meningkat dan bisa dan bisa disebut masih banyak
yang menggantungkan hidupnya pada orang lain alias menjadi pengangguran.
Tingkat pengangguran di Indonesia sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat
dari minimnya masyarakat yang lulus dari perguruan tinggi untuk membuka peluang
usahannya sendiri.
Pengangguran
di Indonesia meningkat pula dengan semakin berkurangnya lapangan pekerjaan bagi
mereka yang hanya mendapat pendidikan sampai jenjang sekolah lanjut atas.
Perkembangan zaman yang semakin membutuhkan tenaga ahli diberbagai bidang
sesuai spesifikasi keilmuan, menyebabkan para lulusan sekolah lanjut atas hanya
bisa menjadi pegawai toko, buruh pabrik, atau tenaga kebersihan disebuah
perusahaan.
Dan
juga pengangguran bukanlah suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan dimana
semua orang sama pekanya terhadap kemungkinan itu tidak peduli apapun jenis kelaminnya,
umur, kebangsaan, dan jenis jabatannya dalam masyarakat. Cateris paribus,
tingkat pengangguran adalah lebih tinggi bagi kaum wanita daripada kaum pria,
untuk pekerja kasar daripada pekerja kantoran, bagi kaum remaja daripada
pekerja yang dewasa usianya, dan bagi orang berkulit hitam daripada kaum
berkulit putih.
Tingkat
perbedaan pengangguran menyangkut investasi yang telah dilakukan oleh
perusahaan dalam latihan kerja praktek bagi pekerja. Investasi semacam itu
dilakukan terhadap diri seorang pekerja, investasi itu menjadi suatu biaya yang
terpendam. Perusahaan akan segera memutuskan hubungan kerja dengan segera
seorang pekerja dimana ia sudah melakukan investasi yang besar, sekalipun
produk marjinal pekerja yang sekarang adalah kurang daripada upahnya yang
sekarang. Jadi, dalam periode merosotnya permintaan bagi produk perusahaan,
terutama sekali apabila perusahaan tidak
mengetahui dengan pasti apakah permintaan yang berkurang itu bersifat sementara
atau permanen, perusahaan akan bersedia untuk mengurangi produksinya yang
sekarang. perusahaan dapat mencapai hal ini dengan cara melepaskan dulu para
pekerja yang ia tidak benyak menanam investasi. Jadi, akan terdapat perbbedaan
pergeseran dalam permintaan bagi berbagai maca tipe pekerja yang dipekerjakan
oleh perusahaan. Permintaan bagi pekerja yang kurang atau sedikit sekali
mempunyai investasi dari perusahaan dalam latihan kerja dapat mengalami
kemerosotan mencolok, permintaan akan tenaga kerja terlatih hanya menurun
sedikit atau tidak ada sama sekali.
Dalam kebijakan Pemerintah Pusat
dengan kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota harus
merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk penciptaan dan perluasan
kesempatan kerja.
Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP),
Mengingat 70 persen penganggur didominasi oleh kaum muda, maka diperlukan
penanganan khusus secara terpadu program aksi penciptaan dan perluasan
kesempatan kerja khusus bagi kaum muda oleh semua pihak.
Berdasarkan kondisi diatas perlu dilakukan Gerakan Nasional
Penanggulangan Pengangguran (GNPP) dengan mengerahkan semua unsur- unsur dan
potensi di tingkat nasional dan daerah untuk menyusun kebijakan dan strategi
serta melaksanakan program penanggulangan pengangguran. Salah satu tolok ukur
kebijakan nasional dan regional haruslah keberhasilan dalam perluasan
kesempatan kerja atau penurunan pengangguran dan setengah pengangguran.
Menurut para deklarator tersebut,
bahwa GNPP ini dimaksudkan untuk membangun kepekaan dan kepedulian seluruh
aparatur dari pusat ke daerah, serta masyarakat seluruhnya untuk berupaya
mengatasi pengangguran
Dalam deklarasi itu ditegaskan, bahwa untuk itu, sesuai
dengan Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebaiknya
segera dibentuk Badan Koordinasi Perluasan Kesempatan Kerja.
Menyadari bahwa upaya
penciptaan kesempatan kerja itu bukan semata fungsi dan tanggung jawab
Depatemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, akan tetapi merupakan tanggung jawab
kita semua, pihak pemerintah baik pusat maupun daerah, dunia usaha, maupun
dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam penyusunan kebijakan dan program
masing-masing pihak, baik pemerintah maupun swasta harus dikaitkan dengan
penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya.
3.
Data Pengangguran di Indonesia
Angka pengangguran di Indonesia masih sangat
mencengangkan. Menurut data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, jumlah
penganggur terbuka di Indonesia mencapai 8,32 juta orang atau 7,14 persen dari
116,53 juta orang angkatan kerja.
Jumlah
angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2008 mencapai 111,48 juta orang,
bertambah 1,54 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja Agustus 2007 sebesar
109,94 juta orang atau bertambah 3,35 juta orang dibanding Februari 2007
sebesar 108,13 juta orang.
Jumlah
penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2008 mencapai 102,05 juta
orang, bertambah 2,12 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Agustus
2007 sebesar 99,93 juta orang, atau bertambah 4,47 juta orang jika dibandingkan
dengan keadaan Februari 2007 sebesar 97,58 juta orang.
Jumlah
penganggur pada Februari 2008 mengalami penurunan sebesar 584 ribu orang
dibandingkan dengan keadaan Agustus 2007 yaitu dari 10,01 juta orang pada
Agustus 2007 menjadi 9,43 juta orang pada Februari 2008, dan mengalami
penurunan sebesar 1,12 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari
2007 sebesar 10,55 juta orang.
Tingkat
pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2008 mencapai 8,46 persen,
mengalami penurunan dibandingkan keadaan Agustus 2007 yang besarnya 9,11
persen, demikian juga terhadap keadaan Februari 2007 yang besarnya 9,75 persen.
Situasi
ketenagakerjaan pada bulan Februari 2008, hampir di seluruh sektor mengalami
peningkatan jumlah pekerja jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2007.
Sektor yang mengalami peningkatan jumlah pekerja tertinggi berturut-turut
yaitu: sektor jasa kemasyarakatan naik 1,82 juta orang serta sektor perdagangan
naik 1,26 juta orang.
Dari sisi
gender, partisipasi perempuan dalam lapangan kerja meningkat signifikan. Selama
Februari 2007-Februari 2008, jumlah pekerja perempuan bertambah 3,26 juta orang
dan laki-laki hanya bertambah 1,21 juta orang. Kenaikan pekerja perempuan
terbesar terjadi di sektor perdagangan yaitu 1,51 juta orang dan sektor
pertanian sebesar 740 ribu orang.
BPS melakukan
survei setiap Februari dan Agustus per tahun, dari hasil survei diketahui
sumber pengangguran dari lulusan SMK sebesar 17,26 persen, lulusan SMA 14,31
persen, lulusan Universitas 12,59 persen, lulusan Diploma 11,21 persen, lulusan
SMP 9,39 persen, lulusan SD dan tidak sekolah 35,24 persen.
Data
pengangguran di Indonesia, dapat digolongkan menjadi beberapa segi,
diantaranya:
1. Angka Pengangguran Terbuka di
Indonesia
Salah satu jenis pengangguran
yang bisa diukur dengan data Sakernas adalah pengangguran terbuka dan setengah
pengangguran. Pengangguran terbuka artinya orang yang tidak bekerja dan sedang
mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan usaha, sudah punya pekerjaan tapi belum
dimulai, dan orang yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan.
2. Angka Pengangguran Menurut Umur
Pengangguran di Indonesia sudah
mencapai 11 juta (usia 15 tahun keatas) dan 8,5 juta-nya penduduk usia 15-29
tahun. Pengangguran terbuka banyak terjadi di usia remaja 15 sampai 29 tahun
(23%). Di usia tersebut banyak sekali lulusan sekolah yang ingin mendapatkan
pekerjaan, dari yang baru lulus SMP, SMU maupun perguruan tinggi termasuk yang
tidak sekolah. Sedangkan untuk usia 30-49 tahun, jumlah penganggurannya tidak
terlalu tinggi (hanya 4%).
3. Angka Pengangguran Menurut
Perkotaan atau Pedesaan
Kita semua sudah tahu bahwa
sebagian besar pekerjaan tersedia lebih banyak di perkotaan, sekaligus
pekerjaan di perkotaan menjajikan lebih banyak pendapatan. Inilah yang
menyebabkan pencari kerja berbondong- bondong ke perkotaan yang berakibat angka
pengangguran terbuka di kota lebih besar (13,3%) dibandingkan pedesaan (8,4%).
Selain itu yang menarik lagi
perempuan penganggur usia 15 tahun lebih di pedesaan hampir sama dengan
penganggur laki-laki di kota. Ini yang mungkin patut dicermati oleh pemerintah
yang ingin mengurangi pengangguran. Penciptaan lapangan pekerjaan tidak hanya
dilakukan di perkotaan, pedesaan-pun butuh kegiatan-kegiatan yang mendatangkan
pendapatan. Terutama lapangan pekerjaan yang bisa memperdayakan perempuan yang
ingin bekerja dan penghapusan deskriminasi gender di bidang pekerjaan.
4. Pengaruh pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan
Tanggal 17
Oktober 2008 lalu komunitas global baru saja merayakan hari anti kemiskinan
se-dunia. Akan tetapi di negeri ini, kemiskinan adalah simbol sosial yang
nyaris absolut dan tak terpecahkan. Sejak masa kolonial hingga saat ini,
predikat negeri miskin seakan sulit lepas dari bangsa yang potensi kandungan
kekayaan alamnya terkenal melimpah. Cerita pilu kemiskinan seakan kian lengkap
dengan terjadinya berbagai musibah alam dan bencana buatan: gempa bumi,
tsunami, lumpur panas Lapindo, dan kebakaran hutan yang diikuti kabut asap.
Kantung-kantung kemiskinan di negeri ini kian hari kian menyebar bak virus
ganas, mulai dari lapis masyarakat pedesaan, kaum urban perkotaan, penganggur,
hingga ke kampung-kampung nelayan.
Lepas dari
perdebatan indikator yang digunakan, data kemiskinan di negeri ini terus
menunjukkan trend memburuk. Jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 17 persen
dari populasi penduduk yang kini telah mencapai angka 220 juta jiwa. Menurut
data resmi Susenas (BPS, 2006), jumlah penduduk miskin meningkat dari 35,10
juta jiwa (15,97 persen) menjadi 29,05 juta jiwa (17,75 persen). Sementara
jumlah penganggur menurut data Sakernas (BPS, 2006) juga terus meningkat dari
10,9 juta jiwa (10,3 persen) pada Februari 2005 menjadi 11,1 juta jiwa (10,4
persen) pada Februari 2006.
Padahal,
perang melawan kemiskinan sudah ditabuh sejak lama di negeri ini. Di era Orde
Baru, misalnya, pemerintah menggalang berbagai sarana dan cara untuk mengatasi
kemiskinan. Pembangunan fisik digenjot di berbagai bidang, pertumbuhan ekonomi
menjadi fokus perhatian, investasi asing digalakkan, berbagai jenis skema
kredit investasi kecil dan kredit modal kerja digelar, bahkan utang luar negeri
pun ditempuh sebagai alternatif untuk menopang idea of progress bernama
pembangunan. Akan tetapi, seluruh angka-angka keberhasilan pembangunan yang
digarap secara intens selama 30 tahun itu, rontok tersapu krisis ekonomi dan
gejolak politik tahun 1998.
Meski
pemerintahan terus berganti, kemiskinan tetap saja menjadi virus endemis yang
terus mendera rakyat. Secara empirik, data pemerintah menunjukkan, 70 persen
rakyat kita menggantungkan sumber penghidupannya dari sektor ekonomi mikro berbasis
sumber daya alam terbarukan. Di sektor pertanian, petani kita telah sejak lama
mengembangkan tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, dan peternakan. Di
sektor kelautan dan perikanan, nelayan kita sanggup mengembangkan perikanan
budi daya, perikanan tangkap, industri bioteknologi kelautan, dan
non-conventional ocean resources. Sementara di sektor kehutanan, masyarakat
kita mampu mengoptimalkan pengelolaan hutan alam, hutan tanaman industri, dan
agroforestry.
Pada level
teknis, data tahun 2006 menunjukkan bahwa hanya 23 persen anggaran pembangunan
pemerintah yang tergunakan. Akibatnya, dana pembangunan yang berjumlah lebih
dari Rp 50 triliun parkir di Bank Indonesia. Sementara di bank pembangunan
daerah (pengelola dana pemerintah daerah), lebih dari Rp 40 triliun juga parkir
dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Dana “menganggur” ini semestinya
bisa digunakan untuk membantu percepatan pertumbuhan sektor riil agar mampu
menyerap tenaga kerja dan mengentaskan kemiskinan.
5. Faktor penyebab pengangguran di
Indonesia
Usaha
mengatasi pengangguran bukanlah kewajiban pemerintah semata. Seluruh penduduk
Indonesia diharapkan partisipasinya untuk mengatasi masalah ini. Walau, bukan
hal mudah, pengangguran pasti bisa ditangani bila pemerintah dan masyarakat
saling bekerja sama.
Faktor
penyebab pengangguran sendiri seringdiciptakan oleh dirinya masing-masing.
Penyebabnya pun bisa secara disengaja ataupun tidak. Faktor apa saja yang
sering atau mungkin muncul dari diri kita yang menyebabkan terciptanya pengangguran
dan tidak adanya lapangan kerja. Sebenarnya kesulitan lapangan kerja disebabkan oleh 2 faktor
utama: faktor Pribadi dan faktor sosial ekonomi.
Pertama: Faktor Pribadi
Dalam
hal ini penyebab pengangguran bisa disebabkan oleh kemalasan, cacat/udzur dan
rendahnya pendidikan dan ketrampilan. Penjelasannya sebagai berikut :
1. Rasa malas dan ketergantungan diri
pada orang lain.
Misalnya ada seorang lulusan sarjana
yang kemudian tidak mau bekerja dan lebih suka menggantungakan hidup pada orang
tua atau pada pasangannya bila sudah menikah. Ia termasuk menjadi pengangguran,
selain itu ia melewatkan peluang untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan
bagi orang lain. Bila banyak lulusan sekolah seperti itu, tingkat pengangguran
tentu akan sangat tinggi.
2.
Cacat
Dalam sistem kapitalis hukum yang
diterapkan adalah ‘hukum rimba’. Karena itu, tidak ada tempat bagi mereka yang
cacat/uzur untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
3.
Pendidikan
Rendah
Tidak bisa
dipungkiri, tingkat pendidikan yang rendah bisa menyebabkan seseorang untuk
sulit mendapatkan pekerjaan. Kalau ingin menciptakan lapangan kerja sendiri,
tetap akan kesusahan karena pola piker dan pengetahuannya tidak berkembang. Ini
bukanlah hal mutlak, tetap ada beberapa orang yang berhasil memiliki pekerjaan
walau hanya berpendidikan rendah.
4. Kurang keterampilan
Banyak
orang yang walau lulusan SMP atau SMA, tetap sukses dibidang tertentu karena
memiliki suatu keterampilan. Keterampilan yang dimaksud tentu bermacam-macam.
5. Tidak mau berwirausaha
Bila
banyak lulusan sekolah tidak terlalu focus dalam melamar kerja tapi menciptakan
pekerjaan bagi diri sendiri atau membuat lapangan kerja yang berguna bagi orang
lain, pastilah angka pengangguran di Indonesia bisa ditekan bahkan bisa jadi
tidak ada lagi yang menganggur.
6. Faktor Kemiskinan.
Banyaknya jumlah pengangguran itu dari kalangan masyarakat miskin. Karena untuk mendapatkan pekerjaan itu membutuhkan biaya yang sangat besar. Contohnya: Di suatu pabrik, untuk menjadi seorang karyawan di suatu pabrik tersebut, harus ”ada orang dalam” yang membantunya dan menjamin pekerjaan dapat diraih selain itu juga orang yang ingin masuk pabrik tersebut harus memakai jasa seorang calo dengan memberikan ”uang jerih payah”. Dan nominal uang tersebut tidak sedikit. Kesimpulannya, orang yang tidak mempunyai uang, dia tidak bisa kerja.
Banyaknya jumlah pengangguran itu dari kalangan masyarakat miskin. Karena untuk mendapatkan pekerjaan itu membutuhkan biaya yang sangat besar. Contohnya: Di suatu pabrik, untuk menjadi seorang karyawan di suatu pabrik tersebut, harus ”ada orang dalam” yang membantunya dan menjamin pekerjaan dapat diraih selain itu juga orang yang ingin masuk pabrik tersebut harus memakai jasa seorang calo dengan memberikan ”uang jerih payah”. Dan nominal uang tersebut tidak sedikit. Kesimpulannya, orang yang tidak mempunyai uang, dia tidak bisa kerja.
7. Faktor Keahlian
Untuk zaman sekarang, diperlukan manusia yang kreatif dan inovatif. Meskipun hanya lulusan SLTA, jika seseorang itu mempunyai keahlian dan keterampilan, maka orang tersebut bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Contohnya: Membuat kue, membuat prakarya, dan lain-lain.
Tetapi, masyarakat Indonesia pada umumnya malas untuk bekerja keras, bekerja dari nol, maka karena itu pula pengangguran tercipta.
Untuk zaman sekarang, diperlukan manusia yang kreatif dan inovatif. Meskipun hanya lulusan SLTA, jika seseorang itu mempunyai keahlian dan keterampilan, maka orang tersebut bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Contohnya: Membuat kue, membuat prakarya, dan lain-lain.
Tetapi, masyarakat Indonesia pada umumnya malas untuk bekerja keras, bekerja dari nol, maka karena itu pula pengangguran tercipta.
8. Faktor Budaya
Telah disebutkan bahwa sindrom pengangguran tidak hanya terjadi di kalangan bawah saja. Namun, kalangan atas pun ada. Ini dikarenakan faktor budaya. Orang yang senantiasa hidup berkecukupan, ingin memperoleh pekerjaan yang layak. Sedangkan segala sesatu itu harus mengalami proses yang jelas. Kebanyakan dari orang tersebut menginginkan kerja enak saja tanpa melakukan proses.
Telah disebutkan bahwa sindrom pengangguran tidak hanya terjadi di kalangan bawah saja. Namun, kalangan atas pun ada. Ini dikarenakan faktor budaya. Orang yang senantiasa hidup berkecukupan, ingin memperoleh pekerjaan yang layak. Sedangkan segala sesatu itu harus mengalami proses yang jelas. Kebanyakan dari orang tersebut menginginkan kerja enak saja tanpa melakukan proses.
9. Faktor Pasaran
Kurangnya lapangan kerja, banyaknya masyarakat yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dikarenakan krisis ekonomi yang melanda negri ini, juga rendahnya kualitas SDM yang kurang memenuhi standar di lapangan kerja tersebut.
Kurangnya lapangan kerja, banyaknya masyarakat yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dikarenakan krisis ekonomi yang melanda negri ini, juga rendahnya kualitas SDM yang kurang memenuhi standar di lapangan kerja tersebut.
10. Pengusaha
yang selalu mengejar keuntungan dengan menerapkan sistem pegawai kontrak
(outsourcing).
Perusahaan-perusahaan saat ini lebih
sering menerapkan sistem tersebut karena dinilai lebih menguntungkan mereka.
Apabila mempunyai pegawai tetap, mereka akan dibebankan pada biaya tunjangan
ataupun dana pension kelak ketika pegawai sudah tidak lagi bekerja. Namun
dengan sistem pegawai kontrak ini, mereka bisa seenaknya mengambil pegawainya
ketika butuh atau sedang ada proyek besar dan kemudian membuangnya lagi setelah
proyek tersebut sudah berakhir. Dan tentunya hal ini akan membuat perusahaan
tidak perlu membuang biaya besar. Namun sistem ini membuat munculnya
pengangguran
11. Penyediaan
dan pemanfaat tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.
Jumlah angkatan
kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan
di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan
dari suatu negara ke negara lainnya.
Kedua: faktor sistem sosial dan ekonomi
Faktor
ini merupakan penyebab utama meningkatnya pengangguran di Indonesia, di
antaranya:
1. Ketimpangan antara penawaran tenaga kerja dan
kebutuhan
Tahun depan diperkiraan akan muncul
pencari tenaga kerja baru sekitar 1,8 juta orang, sedangkan yang
bisa ditampung saat ini dalam sektor formal hanya 29%. Sisanya di sektor
informal atau menjadi pengangguran.
2.
Kebijakan
Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat
Banyak kebijakan Pemerintah yang
tidak berpihak kepada rakyat dan menimbulkan pengangguran baru, Menurut
Menakertrans, kenaikan BBM kemarin telah menambah pengangguran sekitar 1 juta
orang.
Kebijakan Pemerintah yang lebih menekankan
pada pertumbuhan ekonomi bukan pemerataan juga mengakibatkan banyak ketimpangan
dan pengangguran. Banyaknya pembukaan industri tanpa memperhatikan dampak
lingkungan telah mengakibatkan pencemaran dan mematikan lapangan kerja yang
sudah ada.
3. Pengembangan sektor ekonomi non-real
Dalam
sistem ekonomi kapitalis muncul transaksi yang menjadikan uang sebagai
komoditas yang di sebut sektor non-real, seperti bursa efek dan saham perbankan
sistem ribawi maupun asuransi. Sektor ini tumbuh pesat. Nilai transaksinya
bahkan bisa mencapai 10 kali lipat daripada sektor real.
Peningkatan sektor non-real juga
mengakibatkan harta beredar hanya di sekelompok orang tertentu dan tidak
memilki konstribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaan.
- Banyaknya tenaga kerja wanita
Jumlah wanita pekerja pada tahun
1998 ada sekitar 39,2 juta. Jumlah ini terus meningkat setiap
tahunnya. Peningkatan jumlah tenaga kerja wanita ini mengakibatkan persaingan
pencari kerja antara wanita dan laki-laki. Akan tetapi, dalam sistem kapitalis,
untuk efesiensi biaya biasanya yang diutamakan adalah wanita karena mereka
mudah diatur dan tidak banyak menuntut, termasuk dalam masalah gaji. Kondisi
ini mengakibatkan banyaknya pengangguran di pihak laki-laki.
6. Dampak pengangguran di Indonesia
Ada
beberapa hal yang terjadi sebagai akibat dari dampak pengangguran di Indonesia.
Dampak tersebut tidak hanya berpengaruh pada orang bersangkutan, namun juga
memberikan pengaruh yang bersifat negative. Diantaranya adalah: Timbulnya
kemiskinan. Dengan menganggur, tentunya seseorang tidak akan bisa memperoleh
penghasilan. Bagaimana mungkin ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Seseorang dikatakan miskin apabila pendapatan perharinya dibawah Rp 7.500
perharinya (berdasarkan standar Indonesia) sementar berdasarkan standar
kemiskinan PBB yaitu pendapatan perharinya di bawah $2 (sekitar Rp 17.400
apabila $1=Rp 8.700).
·
Makin
beragamnya tindak pidana kriminal.
Seseorang
pasti dituntut untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam hidupnya terutama makan
untuk tetap bisa bertahan hidup. Namun seorang pengangguran dalam keadaan
terdesak bisa saja melakukan tindakan criminal seperti mencuri, mencopet,
jambret atau bahkan sampai membunuh demi mendapat sesuap nasi.
·
Bertambahnya
jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen perdagangan anak dan sebagainya.
Selain
maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para pengamen atau
pengemis yang kadang kelakuannya mulai meresahkan warga. Karena mereka tak
segan-segan mengancam para korban atau bisa melukai apabila tidak diberi uang.
·
Terjadinya
kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya demonstrasi dan perebutan
kekuasaan.
·
Terganggunya
kondisi psikis seseorang.
Misalnya,
terjadi pembunuhan akibat masalah ekonomi, terjadi pencurian dan perampokan
akibat masalah ekonomi, rendahnya tingkat kesehatan dan gizi masyarakat, kasus
anak-anak terkena busung lapar.
·
Masyarakat
tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya.
Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional rill (nyata)
yang dicapai masyarakat akan lebih rendah dapipada pendapatan potensial (yang
seharusnya) oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan
lebih rendah.
·
Pendapatan
nasional dari sector pajak berkurang.
Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun
sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian pajak yang
harus diterima dari masyarakat pun akan menurun.Jika penerimaan
pajak menurun, dana
untuk kegiatan ekonomi pemerintaha pun akan berkutang sehingga
kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
·
Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi.Adanya
pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang
sehingga permintaan terhadap barang-barang
produksi akan berkuran. Keadaan
demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan
perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi
menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
7. Cara mengatasi pengangguran di
Indonesia
Berikut
beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai solusi mengatasi pengangguran di
Indonesia. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan
Mobilitas Tenaga kerja dan Moral.
Peningkatan mobilitas tenaga kerja dilakukan dengan
memindahkan pekerja ke kesempatan kerja yang lowong dan melatih ulang
keterampilannya sehingga dapat memenuhi tuntutan kualifikasi di tempat baru.
Peningkatan mobilitas modal dilakukan dengan memindahkan industry (padat karya)
ke wilayah yang mengalami masalah pengangguran parah. Cara ini baik digunakan
untuk mengatasi msalah pengangguran structural.
2.
Pengelolaan Permintaan Masyarakat.
Pemerintah dapat mengurangi
pengangguran siklikal melalui manajemen yang mengarahkan permintaan-permintaan
masyarakat ke barang atau jasa yang tersedia dalam jumlah yang melimpah.
3.
Penyediaan Informasi tentang Kebutuhan Tenaga Kerja.
Untuk mengatasi pengangguran
musiman, perlu adanya pemberian informasi yang cepat mengenai tempat-tempat
mana yang sedang memerlukan tenaga kerja. Masalah pengangguran dapat muncul
karena orang tidak tahu perusahaan apa saja yang membuka lowongan kerja, atau
perusahaan seperti apa yang cocok dengan keterampilan yang dimiliki. Masalah
tersebut adalah persoalan informasi.
Untuk mengatasi masalah
tersebut, perlu diadakan system informasi yang memudahkan orang mencari
pekerjaan yang cocok. System seperti itu antara lain dapat berupa pengumuman
lowongan kerja di kampus dan media massa. Bias juga berupa pengenalan profil
perusahaan di sekolah-sekolah kejuruan, kampus, dan balai latihan kerja.
4. Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi baik
digunakan untuk mengatasi pengangguran friksional. Dalam situasi normal,
pengangguran friksional tidak mengganggu karena sifatnya hanya sementara.
Tingginya tingkat perpindahan kerja justru menggerakan perusahaan untuk
meningkatkan diri (karir dan gaji) tanpa harus berpindah ke perusahaan lain.
Menurut Keynes, pengangguran
yang disengaja terjadi bila orang lebih suka menganggur daripada harus bekerja
dengan upah rendah. Di sejumlah Negara, pemerintah menyediakan
tunjangan/santunan bagi para penganggur. Bila upah kerja rendah maka orang
lebih suka menganggur dengan mendapatkan santunan penganggur. Untuk mengatasi
pengangguran jenis ini diperlukan adanya dorongan-dorongan (penyuluhan) untuk
giat bekerja.
Pengangguran tidak disengaja,
sebaliknya, terjadi bila pekerja berkeinginan bekerja pada upah yang berlaku
tetapi tidak mendapatkan lowongan pekerjaan. Dalam jangka panjang masalah
tersebut dapat diatasi dengan pertumbuhan ekonomi.
5.
Mendirikan tempat-tempat pelatihan keterampilan,
misalnya kursus menjahit,
pelatihan membuat kerajinan tangan, atau BLK (Balai Latihan Kerja) yang
didirikan di banyak daerah. Hal ini juga termasuk cara mengatasi pengangguran,
sehingga orang yang tidak berpendidikan tinggi pun bisa bekerja dengan modal
keterampilan yang sudah mereka miliki.
6.
Sebagai antisipasi, pelajar perlu diberi pendidikan
non formal.
Pendidikan non formal bisa
berupa keterampilan khusus, kemampuan berkomunikasi atau peningkatan EQ, serta
diarahkan untuk menjadi lulusan sekolah yang mempu menciptakan suatu lapangan
pekerjaan. Bukan semata-mata sebagai lulusan sekolah yang hanya bisa melamar
pekerjaan.
7.
Mendorong
majunya pendidikan
Biar
bagaimanapun, pendidikan merupakan faktor utama seseorang dalam memilih dan
mendapatkan pekerjaan. Walaupun masih banyak para sarjana yang menjadi
pengangguran, namun biasanya apabila seseorang mau bekerja dalam suatu
prusahaan, pendidikan adalah salah satu hal yang dipersyaratkan.
8.
Program
pelatihan kerja
Pengangguran
kebanyakan disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak terampil dan ahli.
Selain berpendidikan, perusahaan lebih menyukai calon pegawai yang sudah
memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Masalah tersebut amat relevan di
Negara kita, mengingat sejumlah besar penganggur adalah orang yang belum
memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Program ini dapat berjalan dengan
baik apabila ada saling kerja sama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dan masyarakat.
9.
Meningkatkan
dan mendorong kewiraswastaan
Masalah
pengangguran menjadi sedikit terpecahkan apabila muncul keinginan untuk
menciptakan lapangan
usaha sendiri atau berwiraswasta yang berhasil. Cara ini sebenarnya
berpeluang besar dalam mengurangi pengangguran dalam masyarakat, karena dalam
berwiraswasta tidak menuntut pendidikan yang tinggi. Namun biasanya yang
dibutuhkan hanya sedikit modal dan keuletan dalam menjalankan usahanya.
10. Meningkatkan program transmigasi
Tingkat
pengangguran yang dialami masyarakat terutama yang berada di Pulau Jawa dapat
sedikit teratasi apabila masyarakat bersedia untuk ikut program transmigrasi.
Apalagi kalau kita melihat masyarakat yang tinggal di daerah kumuh di kota-kota
besar. Daerah
di luar Pulau Jawa lebih banyak menyediakan lapangan pekerjaan. Baik
peluang berwiraswasta maupun pekerjaan di perusahaan lebih terbuka lebar.
Apalagi bagi Anda yang mempunyai pendidikan tinggi, tidaklah terlalu sulit
untuk mencari pekerjaan dengan gaji yang besar.
11. Mengintensifkan program keluarga berencana
Seperti
yang telah kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi
penduduk terbanyak di dunia. Jadi apabila masalah keluarga berencana ini tidak
dijalankan secara efektif, dapat dipastikan pengangguran di Indonesia akan
semakin bertambah.
12. Mengikuti bisnis online
Apabila
dijalankan dengan serius, sebenarnya cara ini cukup berhasil dalam mengurangi
pengangguran bahkan mengatasi kemiskinan di suatu negara. Dalam menjalankan bisnis online
sangatlah mudah dapat dijalankan semua orang, karena tidak diperlukan modal
yang besar (minimal untuk sewa warnet), tidak usah memikirkan tempat usaha, dan
tidak memerlukan pendidikan yang tinggi. Dengan penghasilan yang tidak kalah
dengan pekerjaan di dunia nyata.
13. Dibukanya
lapangan pekerjaan baru yang dapat menerima para pengangguran di wilayahnya.
Seperti:
memberi fasilitas dan mempermudah pengusaha dalam negeri untuk membuka lapangan
kerja baru, memajukan produksi kerajinan tangan, memberi kepercayaan pada hasil
produksi dalam negeri,digalakan penjualan produksi usaha dalam negeri agar
usaha dalam negeri dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas.
14. Memperbaiki kejiwaan, mental dan moralitas
para pengangguran untuk melakukan hal yang berguna dan berdampak positif.
Seperti;
pembinaan mental, pengajaraan untuk taat beragama, memperbaiki karakter,
memiliki kepribadian yang baik, memperbaiki kapasitas dan kualitas yang menjadikan
diri diterima di lapangan pekerjaan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1.
Pertumbuhan ekonomi memberikan peluang
kesempatan kerja baru ataupun memberikan kesempatan industri untuk meningkatkan
output yang berdampak pada peningkatan penggunaan factor produksi, salah
satunya yaitu tenaga kerja, sehingga mengurangi jumlah pengangguran.
2.
Krisis ekonomi tidak berpengaruh terhadap
tingkat pengangguran dapat diterima. Sektor agrikultur dan sector informal di
perkotaan diduga mampu menyerap angkatan kerja yang mendapat tekanan dari
rasionalisasi pekerja akibat kontraksi perekonomian, khususnya di sector
agrikultur.
3. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh
mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau
kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi suatu
negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan peningkatan, maka itu
menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut berkembang dengan
baik. Namun tentunya dengan jumlah pengangguran yang terus membengkak akan
menghambat laju pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Dan hal ini tentunya tidak
bisa didiamkan terus menerus, pemerintah harus tanggap dalam menghadapi masalah
perekonomian yang paling kronis ini.
SUMBER:
www.wikipedia.com
www.wikipedia.com
Badan
Pusat Statistik. Tingkat Pengangguran. www.bps.go.id
Dumairy.
1996. Perekonomian Indonesia.
Erlangga, Jakarta.
Bellante,
Don. 1983. Ekonomi Ketenaga Kerjaan.
Lembaga Penerbit FEUI, Depok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar